SEPEDA bisa jadi merupakan salah satu kenangan seru saat kanak-kanak. Hampir semua orang akrab dengan sepeda. Banyak yang menganggapnya merupakan permainan belaka. Namun, tak jarang yang mendaulat menjadi olah raga yang ditekuni.
Sepeda BMX misalnya. Sepeda jenis ini sudah ada sejak tahun 1970-an. BMX sendiri merupakan kependekan dari Bicycle Motorcross. Maka, tak heran kalau disebut-sebut bahwa BMX merupakan saudara dari motorcross.
Dalam dekade 1980-an, tren yang ada mengarah pada BMX free style. Padahal, sebelumnya BMX digandrungi sebagai ajang balapan (BMX racing). Di Bandung, tren BMX free style mulai marak di awal tahun 2000-an. Koordinator BMX Bandung, Asep Tubagus Tresnadi menyebutnya sebagai gaya hidup anak muda. Alasannya sederhana, karena banyak yang menganggap BMX sebagai hidupnya.
"Itu perbedaan mendasar BMX sekarang dan dulu. Kalau dulu kan BMX cuma jadi ajang gaul, kayaknya gengsi saja kalau enggak ikutan main BMX. Tetapi, kalau sekarang terseleksi dengan sendirinya. Namun jangan salah, walaupun tak sebanyak dulu, fanatisme terhadap BMX semakin tumbuh subur," kata Asep, yang akrab disapa Apep.
Ya, permainan atau olah raga ini terkadang juga mengandung potensi merusak beberapa fasilitas umum. "Misalnya ketika ngegrind atau melakukan trik-trik, kita harus menggunakan pot-pot, tembok, dan lain-lain. Jadi banyak yang pecah, lecet, atau rusak. Makanya sekarang kita lebih sering main di jalan atau skatepark.