Monday, May 24, 2010

DROP OFF dan DROP IN ?



 Salam Gowes !
Ketika menghadapi turunan drop off, entah tinggi entah rendah, sebuah pertanyaan tentang bagaimana cara melahapnyaakan langsung menyergap. Melompatinya (dropping off), atau menuruninya dengan menapakkan roda di tanah alias drop in. kecepatan sepeda saat dropping off memang teramat tinggi. Tapi, saat ban jatuh ke tanah, sepeda akan mengalami speed off_ban serasa berhenti karena daya dorong hilang, speed off selain kerap mengantarkan wajah rider ke tanah, juga membuat sang pengendara musti mengayuh ekstra kuat untuk mengembalikan kecepatannya. Risiko yang lain, drop off bisa, “merusak” system suspensi.
Bagaimana dengan dropping ini? Kecepatan saat memangsa turunan pasti kalah jauh dibandingkan dengan jika kita melakukan drop off. Cuma, karena ban tetap menempel di tanah, sepeda tetap memiliki daya dorong saat lolos dari turunan. Daya dorong ini sangat membantu pengendara untuk mengembalika kecepatan sepeda sesuai level yang diiniginkannya. Tapi ini bukan pilihan “yang mana”, ini adalah semata pilihan “kapan”.


Ingin lepas landas?
Untuk melahap turunan dengan drop off, kita harus memastikan beberapa hal. Pertama, ketinggian trap itu masih berada dalam level yang aman. Asalkan kondisinya bagus, suspensi dengan level terendah, sekitar 8 cm, biasanya masih cukup aman untuk melakukan drop off hingga ketinggian 1,25 meter. Tapi untuk trap dengan ketinggian di atas itu, diperlukan suspensi dengan travel yang lebih panjang.
Hal kedua, perhatikan apakah landasan tempat jatuhnya dan berupa medan rata, turunan, atau menanjak. Jika landasannya berupa tanjakkan, lebih baik rencana drop off diurungkan. Yang paling ideal, landasannya adalah turunan, tapi medan rata masih oke juga meskipun ada resiko bahwa begitu ban jatuh kita harus langsung mengayuh.




Drop off yang aman bisa dilakukan dengan teknik berikut :
1.      Sekitar 1,5 hingga 0,5 meter menjelang ujung atas trap, tariklah badan kebelakang. Kaki berdiri lurus dengan posisi pedal pada pukul 9 dan 15. gerakan ini bertujuan agar roda depan bisa tetap terangkat pada saat ujung atas trap berakhir.
2.      Begitu roda belakang sudah lolos dari ujung trap, luruskan badan dan kaki. Ini harus dilakukan jika kita ingin ban belakang dan ban depan bisa jatuh berbarengan. Tapi mereka yang sudah jago main sepeda, biasanya malah lebih suka jatuh  ke landasan hanya dengan satu roda untuk mengurangi efek speed off.
3.      Bagitu ban sudah sampai di tanah, segeralah ambil posisi akselerasi: badan lebih dicondongkan ke depan dan kaki segera menghardik pedal.
Mau dropping in?
1.      Saat roda depan sudah terlepas dari ujung atas trap, condongkanlah tubuh ke depan. Hati-hati, timing untuk menentukan kapan tubuh harus dicondongkan ini harus benar-benar tepat. Jika terlalu cepat, crank bisa tersangkut ujung trap, tapi jika terlalu lambat hasilnya akan menjadi “drop off yang gagal”.
2.      begitu roda belakang lolos dari ujung atas trap, pindahkan berat badan ke roda belakang. Tujuannya, agar ban belakng tetap menempel di permukaan. Kesalahan yang banyak terjadi, karena grogi, kita memakai tangan sebagai penopang utama berat badan. Akibatnya, kemampuan handling-nya menghilang. Cara yang paling benar adalah menugaskan kaki sebagai penopang sebagian besar berat tubuh.
3.      Begitu sampai di landasan, segera tubuh harus sudah kembali ke posisi wajar dan segera melakukan akselerasi.    


Sumber : majalah cycling
Selamat mencoba ya, dan jangan pernah menyerah sebelum bisa.
Go Goweser Indonesia!